M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior
JAKARTA, govnews-idn-com – JIKA ada orang bertanya, mungkinkah rakyat Indonesia bersatu? Diakui atau tidak, sejak Pilpres 2014, hingga hari ini rakyat kita terbelah. Bahkan, meski Prabowo Subiyanto, rival Jokowi dalam dua pilpres sudah bergabung di kabinet, perpecahan masih tetap terasa dan nyata.
Malah dalam banyak hal, perpecahan itu sering mengarah pada situasi menegangkan. Bersyukur hingga hari ini perpecahan belum, mudah-mudahan tidak terjadi pada posisi yang lebih buruk. Maaf nih, sepertinya ada pihak-pihak yang memang merawat perpecahan itu. Ada orang-orang yang justru hidup dari situasi itu. Mereka patut diduga telah mengeruk keuntungan dalam bentuk materi dari sana. Ya, mereka itu yang kemudian sering disebut BuzzerRp. Bagi mereka, perpecahan rakyat adalah ladang yang dapat dipanen baik dalam: Rupiah, SGD, USD, atau Yuan.
Jadi, sekali lagi, jika ada orang bertanya mungkinkah saat ini rakyat Indonesia bersatu? Jangan ragu jawab: “Selasa, 16 Mei 2023!”.
Lho, kok? Hari itu, final sepakbola SEA Games, di Olympic Stadium, Phnom Phen, Kamboja, Indonesia vs Thailand akan berlangsung. Meski hanya final SEAG, tapi buat 170 juta penggila sepakbola (hasil survey) tanah air itu adalah momen membahagiakan. Bahkan, bukan tidak mungkin puluhan juta rakyat lainnya juga akan ikut bergabung.
Nah, di saat itu, di hari itu, in syaa Allah, kelompok BuzzerRp tak akan mampu memecah persatuan.
Ya, biasanya, jika final sepakbola, di mana tim nasional kita berlaga, persatuan mulai dari rakyat tingkat terbawah hingga para penentu kebijakan akan bersatu. Di hari itu, kelompok apa pun kita, partai politik apapun kita, capres/cawapres siapapun yang akan kita dukung, agama apapun yang kita peluk, suka atau pun tidak kita pada para pengurus PSSI, semua akan bersatu. Semua demi merah-putih, semua untuk MERAH-PUTIH.
Sungguh? Pasti tidak semua. Pasti kelompok nyinyiriwan tetap ada. Malah, mereka berdoa, pasti bukan kepada Tuhan, karena hanya doa terbaik yang dipanjatkan kepada Sang Khalik, seperti tertulis QS. Ghafir: 60: “Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”, sementara doa para penolak kebahagiaan inginnya tim nasional kita gagal.
Bisa
Meski berat, tapi Thailand bukan tidak bisa dikalahkan. Apalagi Thailand sendiri sebetulnya sudah ingin menapak ke tempat yang lebih tinggi seperti Asian Games dan Olimpiade. Kata seorang teman dari Negeri Gajah Putih itu ada istilah: “Menang tidak membawa berkah, kalah tidak mengurangi prestasi!”
Tapi, untuk kita, kemenangan adalah obat mujarab. Kemenangan akan membawa kebahagiaan sekaligus harapan. Sementara untuk para pemain, kemenangan juga akan mengobati luka mereka ketika gagal tampil di Piala Dunia 2021 (diundur ke 2023.karena pandemi Covid, namun akhirnya kita dicoret juga sebagai tuan rumah lantaran isu Israel). Jujur, menurut penglihatan saya, tim ini memang jauh dibandingkan dengan tim masional yang juga batal ikut Piala Dunia itu, menurut hemat saya tim U-22 ini lebih baik dari sisi skill mau pun mental. Selain itu, tim ini juga memiliki kemampuan membuat gol cukup tinggi.
Hingga di partai final, Rizky Rhido dan kawan-kawan sudah mampu mencetak 16 gol dan hanya kemasukan 3 gol. Sebagai pengingat: Kita menang 3-0 atas Filiphina, 5-0 atas Nyanmar, 3-0 atas Timor Leste, 2-1 atas Kamboja dan 3-2 atas Vietnam. Hasil yang seingat saya belum pernah ditorehkan oleh tim nasional 1980-2023 (sebelum SEAG-32).
Namun, sekali lagi, Thailand adalah lawan terberat, tapi bukan tidak pernah kita kalahkan. Benar sejak SEAG-2 ,1979, sudah 22 kali kita bertemu Thailand. Kita menang 5 kali, draw 2, dan kalah 15 kali. Ada empat kekalahan yang sangat memalukan: SEAG 1983 (0-5), 1985 (0-7), 2003 (0-6) dan SEAG 2015 (0-5).
Tahun 1991, di Manila. Saat pelatih Anatoly Polosin (Uni Soviet/Ukraina) menangani tim nasional kita, Ribut Waidi dan kawan-kawan mampu menang atas Thailand melalui adu-penalti. Itu merupakan emas kedua yang diraih cabang olahraga sepakbola di arena SEA Games. Sebelumnya, saat Berce Matulapelwa dipercaya memegang tim nasional 1987, sepakbola untuk pertama kali merebut medali emas setelah menang 1-0 atas Malaysia. Sebelum dan setelah tahun itu, kita selalu gagal meraih emas.
Jadi, ada baiknya Indra Sjafri bisa meyakinkan pasukannya bahwa tim Thailand bukan Argentina, Brazil, Italia, Prancis, Inggris, atau Spanyol. Artinya, kesempatan untuk mengulang sukses 1991 tetap terbuka.
Sekali lagi, di tangan anak-anak U-22, Indonesia, hari Selasa (16/5/2023) itulah rakyat Indonesia akan bersatu. Tidak perduli latar belakang, suku, agama, kedudukan, pendidikan dan apa pun. Untuk mendukung anak-anak U22 di final, persatuan dan kesatuan in syaa Allah akan terjadi.
Dan, Bismillah… semoga anak-anak kita kembali juara. Aamiin ya Rabb….
M. Nigara
Artikel ini sudah terbit di jurnal-ina.com