Govnews-idn.com – INSPIRASI satu ide bisnis seringkali tidak direncanakan. Kadang muncul ketika seseorang dalam keadaan terdesak bingung, frustasi. Mau diapain atau ngapain. Rasanya campur aduk. Dari emosilah yang justru mendorong lahirnya satu ide.
Begitulah kira-kira gambaran awal perjalanan usaha yang dirintis perempuan, Kiki (32). Itu nama panggilan. Nama lengkapnya Nurul Rizka Hi. Ali. Dia salahsatu dari pelaku usaha kecil menengah (UKM) yang meramaikan stand kuliner pada acara Festival Tangga Banggo (FTB) pada 7-10 September 2023 di Siranindi, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah.
“Saya bingung dan pusing ketika dagangan pisang saya ada yang membusuk karena tidak laku terjual. Tak tahu mau diapakan. Sempat frustasi karena berdampak kerugian bagi saya,” cerita Kiki yang disambangi pada hari kedua FTB.
Saya kebetulan diajak dan dikenalkan oleh tantenya, Nurfaidah Usman. Kawan masa kecil saya waktu bersekolah di SD Inpres Kamonji, Palu. Bersama kawan lainnya, kami menikmati suguhan camilan “dampo pisang” dan “Sanggara Balanda” dari bahan pisang raja yang legit. Sangat pas menemani hangatnya kopi dan teh malam itu.
Pada mulanya, lanjut Kiki, dia iseng-iseng berjualan pisang di pasar Masomba. Mengisi waktu. Waktu itu, dirinya hanya berpikir praktis layaknya pedagang pada umumnya. Jual beli mengharapkan selisih sebagai keuntungan produk dagangannya.
Tantangan usaha mulai menghampiri perempuan berjilbab dan berkacamata ini. Beberapa pisang daganganya yang belum sempat terjual, mulai membusuk. Terbayang kerugian yang menderanya.
Dia putar otak dan tiba-tiba terpikir olehnya ide untuk bagaimana mengolah pisang yang terancam membusuk itu untuk dijemur dan kemudian dibuat olahan camilan seperti dampo pisang. Respon pasar bagus. Banyak yang beli. Lalu Kiki tempeli nama merek dagang “Tiga Putri” sesuai dengan jumlah anaknya. Ada yang kembar.
Usaha camilan “dampo pisang” Kiki ini dikemas dalam plastik transparan dengan dua macam varian. Satu yang masih setengah matang, artinya dibawa pulang oleh pembeli dan digoreng kapan saja bila ingin disantap. Satunya lagi, yang kemasannya vertikal bisa langsung disantap. “Bisa juga diorder melalui jasa transportasi online,” ujarnya sembari menunjuk tulisan backdrop di dekatnya.
Tak puas hanya dengan produk dampo saja, Kiki pun melakukan inovasi dengan varian olahan pisang lainnya. Seperti ‘Sanggara Balanda”. Camilan ini agak sedikit ribet membuatnya, tapi sebanding dengan hasilnya.
“Harus Matang”
“Harus menggunakan pisang raja dan pisangnya harus matang. Agar manisnya pisang benar- benar legit dan tidak ada rasa asam atau sepet,” jelasnya.
Kelezatan “Sanggara Balanda” tidak berakhir disitu saja. Bisa diberi topping parutan keju, kacang, coklat. Dijamin makin maknyus.
Perempuan asal Palu ini tidak menyangka usaha yang dirintisnya kurang lebih dua tahun lalu dengan modal pas-pasan itu justru menjadi bisnis yang menjanjikan dan telah menjadi sumber penghasilan utamanya bersama sang suami untuk menopang kebutuhan keluarganya.
Semua dapat terwujud berkat semangat, ketekunan, serta keberanian untuk berinovasi dalam era persaingan dengan menggunakan aplikasi digital.
Kiki mengungkapkan bahwa dirinya merupakan seorang lulusan sekolah Ilmu Keperawatan di kabupaten Donggala. Namun pekerjaan yang dia geluti saat ini justru berbanding terbalik dengan gelar yang dimilikinya.
Setelah lulus kuliah, Kiki sebenarnya sempat kerja honorer di instansi pemerintah daerah setempat, tapi tidak lanjut. Kini dia lebih fokus mengembangkan usahanya dengan order mulai ramai. Bahkan ada permintaan dari luar kota. Termasuk dari pulau Jawa.
“Insya Allah, saya juga sedang mengurus sertifikat halal dan nomor induk usaha kami,” katanya tersenyum penuh optimis.
Rusman Madjulekka
Nurul Rizka Hi. Ali. dengan kudapan atau camilannya. Foto: RM.