M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior
JAKARTA, govnews-idn.com – MENANG, kalah, atau draw dalam satu pertandingan, adalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Tetapi, dalam setiap pertarungan, kita harus selalu melakukan evaluasi yang dalam agar di laga berikutnya hasil terbaik bisa kita raih.
Itu sebabnya, tak perlu meratapi kekalahan tim nasional U-22 kita dari Lebanon, 1-2. Apalagi, ini hanya laga uji coba. Hanya saja Indra Safri, mantan Direktur teknik PSSI yang kini menangani tim menuju SEA Games Kamboja, Mei mendatang, segera berbenah.
Bagi saya, kekurangan tim nasional (tim nas) kita yang paling fundamental ada di barisan depan. Hal yang sama juga dialami tim U20 yang gagal tampil di Piala Dunia karena hak kita sebagai tuan rumah, dicabut FIFA. Kedua tim ini menghadapi persoalan pokok yakni tidak adanya ‘tukang bikin gol’.
Menurut Shin Tae Yong (Korea Selatan), tidak mudah mencari ‘tukang bikin gol’. Bahkan, ketika mencari anak-anak separuh Indonesia di luar negeri untuk dinaturalisasi saja sulit. “Begitu banyak calon pemain yang saya lihat, tak ada satu pun yang berada di posisi depan. Rata-rata justru pemain belakang,” kata STY beberapa waktu lalu.
Dari fakta itu, PSSI hendaknya bisa segera mencari metode khusus untuk menemukan jalan keluar. Kita tahu, prestasi dunia olahraga, pasti melalui proses alias tidak ada yang instan. Itu sebabnya Jokowi, Presiden yang sangat menggandrungi sepakbola sempat mengeluarkan Inpres no.3/2019, Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Sayang sejak dikeluarkan hingga hari ini belum terlihat gregetnya.
Ini mbuktikan bahwa Jokowi begitu luar biasa perhatiannya pada dunia sepakbola. Tidak ada yang salah karena penggila sepakbola di tanah air jumlahnya sangat fantastis. Dari hasil survei yang hasilnya juga digunakan FIFA ‘untuk jualan’ iklan, 207 juta dari sekitar 270 warga Indonesia penggila bola. Meski demikian, inpres 3 memiliki kekurangan yang fundamental yakni dana.
Dalam inpres tidak dikelaskan dana dari mana. Sementara Kemenko PMK sebagai leader dan Kemenpora sebagai ujung tombak, sama sekali terbatas anggarannya. Dengan posisi seperti demikian, malah sangat sulit melaksanakan tugas itu.
Minim gol
Kembali ke tim nas U22. Jika kita melihat sedikitnya tiga uji coba sejak Januari 2023, sudah tiga kali uji coba dilakulan tim nas U22, hasilnya jelas kita tidak punya ‘tukang bikin gol’.
Laga uji coba pertama, vs Vietnam (6/1/23) hasilnya 0-0, lalu vs Bhayangkara FC (11/4/23), hasilnya 1-1 dan Sabtu (15/4/23) vs Lebanon, kita kalah 1-2.
Dari sana jelas Pekerjaan Rumah Indra Sjafri sangat berat. Saya jadi teringat dengan alm. Mayjen TNI, Acub Zainal pemilik Arema Malang dan mantan Administrator Liga. Saat itu kami, Pak Acub, saya (BOLA), sahabat Eddy Lahengko (Suara Pembaruan), Riang Panjairan (Sinar Pagi) dan Mimi.Alqamar (Prioritas) sedang berada di Kuala Lumpur, 1986.
Pak Acub ditelpon Mas Basri, pelatih Arema. Mantan pemain dan pelatih nasional itu melaporkan hasil laga Arema. “Pokoknya anak-anak bermain sangat bagus jendral,” kata Mas Basri.
Pak Acub tersenyum. “Hasilnya?” tanya mantan Gubernur Irian Barat itu. “Main bola itu menang. Tidak penting main bagus atau apa, kalaunya kalah, jelek itu namanya!,” begitu pungkas Pak Acub.
Sama dengan tim nasional Brazil di Piala Dunia, Spanyol 1982. Sejak 1980, Brazil sudah melakukan laga lebih dari 20 kali, tak satu pun kehilangan angka. Bahkan di Grup 6, bersama Uno Soviet, Skotlandia, Selandia Baru, Brazil memuncaki klasemen sebagai juara grup. Tetapi, di babak kedua, Brazil tersingkir setelah kalah 3-2 (kekalahan pertama). Brazil saat itu seperti fokus dengan bola indah. Akibatnya para pemain mereka pulang tidak dalam rombongan, takut diamuk penggemar. Sejak itu, pola Brazil diubah dengan orientasi bikin gol.
Tukang bikin gol
Nah, begitu juga dengan tim nasional U22 kita. Jika melihat tiga laga uji coba, kita hanya mencetak satu gol (Titan Agung Bagus Fawwazi) saat bermain dengan Bhayangkara FC. Sementara saat berjumpa Vietnam kita tak mampu membuat gol. Hal serupa terulang ketika kita beruji coba vs Lebanon, gol untuk kita justru hasil bunuh diri lawan.
Ada sedikitnya empat pemain yang dipilih Indra Sjafri untuk posisi depan. Kita tengok rekam jejaknya:
Lihat table
Dari fakta ini, Pekerjaan Rumah untuk kita pasti sangat berat, apalagi Seag Kamboja sudah di depan mata. Tapi, jangan ada kata menyerah. Selama ada kesempatan, selama kita masih ingin berusaha, selama itu juga kita bisa berhasil.
Semoga saja selalu ada jalan terbaik.
M. Nigara
Artikel ini sudah terbit di jurnal-idn.com