Jurus Efektif “Bajingan Yang Tolol”

August 8, 2023

Oleh: Suroto

JAKARTA, govnews-idn.com – Seorang Rocky Gerung dengan serangan jurus “Bajingan yang tolol” dapat dinyatakan sukses. Ibarat pukulan maka target telah terkena pukulan bogem mentah tepat di mukanya, yaitu Presiden. Benda mati yang berhasil dia personifikasikan dengan kongkrit.

Kesuksesanya itu kuncinya adalah karena telah berhasil mempersonifikasi target serangannya, yaitu Presiden. Tanpa personifikasi tentu alamat sasaran serangan Rocky tak akan mencapai efektifitasnya.

Presiden benar adalah jabatan publik, benda mati yang terbuka dikritik, bahkan diejek. Rocky mencapai efektivitas seranganya karena jabatan publik itu namanya adalah Presiden. Presiden itu dijabat oleh orang sebagai nuturallijk, Joko Widodo alias Jokowi.

Satu benda mati tentu tak akan merasa terguncang jiwanya ketika disebut sebagai “Bajingan Yang Tolol”. Rocky pasti paham betul. Inilah kuncinya. Rocky tak lagi menyebut Istana, karena istana adalah tempat bernaung, bernaungnya seorang Presiden. Dia tidak menggunakan kata benda Istana seperti kritikus lainnya.

Dia sukses besar karena kemampuanya memainkan jurus silatnya. Kemampuan silat yang tak sembarangan. Hanya dimiliki oleh orang sekelas filsuf, walaupun tak bergelar profesor atau doktor.

Pukulan Rocky mendarat dengan sukses juga karena mengandung ejekan. Siapapun mereka yang diejek pasti akan sulit sekali untuk mengelaknya. Ejekan itu adalah bawaan dari sifat kekanakan yang sulit dielak. Biasanya sekuat apapun orang mudah terguncang jiwanya jika diejek.

Melebar

Presiden Joko Widodo menimpali dengan nada santai “itu urusan kecil itu”. Tapi urusanya kemudian berhasil melebar karena di luar pernyataan Jokowi, seorang kepala kepresidenan kemudian memperlihatkan kemarahanya. Ditambah lagi kemarahan para pendukung Joko Widodo.

Tapi Rocky memiliki alat ukur yang presisi, akurat. Serangan ternyata berbalik. Rocky mendapatkan dukungan habis-habisan dari khalayak. Dia menjadi sangat terkenal, dikagumi sekaligus dicaci, tapi tetap saja dialah pemenangnya.

Kenapa Rocky lagi lagi menang? Karena kritiknya didasarkan pada pengalaman kekecewaan. Kecewa pada kebijakan presidem yang dirasa merugikan rakyat banyak tapi rakyat banyak itu tak memiliki keberanian seperti yang dimiliki Rocky.

Rocky bagaimanapun sekarang ini telah menjadi simbol. Simbol keberanian untuk melawan. Hebatnya lagi adalah, walaupun dia bukan seorang Jawa tapi rupanya dia sangat mendalam memahami ajaran filosofi perang orang Jawa “ngluruk tanpo bolo” atau pergi bertempur tanpa pasukan.

Rocky hari ini sedang dipantau pasti, dia diincar oleh kekuatan besar untuk diserang balik. Tapi saya percaya, Rocky, keturunan orang Minahasa yang Njawani itu juga paham, bahwa selain ngluruk tanpo bolo, dia juga “sekti tanpo aji”, sakti karena jimat, dia sakti karena argumentasinya yang kuat dan sahih. Argumentasi yang tak sembarangan. Argumentasi yang belum tentu dimiliki oleh seorang doktor atau profesor.

Jakarta, 8 Agustus 2023

Suroto

RELATED POSTS