PURWAKARTA, govnews-idn.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki berharap Kampung Ilmu yang dikembangkan di Purwakarta melahirkan masyarakat yang memiliki Skill of Life, melalui pendidikan vokasi.
“Saya juga berharap Kampung Ilmu sebagai sentra pendidikan alternatif terus berperan aktif dalam pengembangan kewirausahaan nasional,” kata MenKopUKM saat berdialog dengan Sosiolog Imam Prasodjo di Kampung Ilmu, Desa Cisarua, Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (6/7/2023).
Intinya, dunia pendidikan bukan sekadar menciptakan lulusan sebagai pencari kerja, melainkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja. MenKopUKM menambahkan, ada sekitar 3,5 juta orang lulusan pendidikan formal masuk ke bursa kerja per tahun, di mana 1,7 juta di antaranya adalah sarjana.
Tapi, dengan pertumbuhan ekonomi 5% saja, hanya mampu terserap sebanyak 2 juta orang. Artinya, ada sekitar 1,5 juta yang menganggur.
Belum lagi, 97% lapangan kerja yang ada, disediakan sektor-sektor informal atau usaha mikro, seperti penjaga warung, pedagang bakso dan sejenisnya. “Dengan kondisi seperti itu, mencetak lulusan yang memiliki skill of life, menjadi teramat penting,” ucap Menteri Teten.
Oleh karena itu, MenKopUKM mengatakan, keberadaan Kampung Ilmu bukan sekadar mengajari sesuatu, seperti berternak, bertani, berkebun dan lainnya. “Harus lebih dari itu, yakni bagaimana penerapan model bisnisnya,” terangnya.
Bagi MenkopUKM, harus ada model bisnis yang bisa membuat peternakan dan pertanian yang dikembangkan di Kampung Ilmu mampu produktif, efisien, meningkatkan kesejahteraan petani/peternak, hingga mampu menyuplai kebutuhan pangan daerah dan nasional.
“Untuk mencapai skala ekonomi, jangan ada lagi petani-petani berlahan kecil berjalan sendiri-sendiri. Mereka harus dikonsolidasikan dalam satu wadah koperasi,” kata MenKopUKM.
Dia mencontohkan, konsolidasi petani pisang di Tenggamus, Lampung yang melibatkan ribuan petani dengan total lahan sebanyak 600 hektar. Begitu juga di Bener Meriah, Aceh yang setelah mengkonsolidasikan banyak petani pisang hingga mampu berlahan 1.000 hektar.
Contoh lain adalah Koperasi Pondok Pesantren Al It-tifaq di Ciwidey, Bandung yang mampu mengkonsolidasikan sekitar 1.200 petani sayur-mayur. “Di sana, koperasi yang membeli produk sayur milik petani, kemudian koperasi yang menjualnya ke banyak minimarket dan pasar moderen,” MenKopUKM menjelaskan.
Dengan begitu, program pertanian atau peternakan dikembangkan secara terencana. Dengan model seperti itu, tercipta kepastian harga dan juga pasar. “Dengan konsolidasi petani atau peternak, akan lebih mudah terhubung dengan offtaker dan juga lembaga pembiayaan.”
Small Berjejaring
Imam Prasodjo sepakat dengan MenKopUKM, di mana konsep usaha yang akan dikembangkan di Kampung Ilmu adalah Small Berjejaring. “Bahkan, kami terus mendorong sekolah-sekolah formal membuat unit-unit usaha yang berkaitan erat dengan masyarakat sekitar,” ungkap Imam.
Dia bercerita, Kampung Ilmu yang digagasnya melalui Yayasan Nurani Dunia, dikembangkan dengan tujuan untuk membangun karakter, mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta tempat berbagi pengalaman yang diselenggarakan secara partisipatif dan integratif.
Kampung Ilmu adalah konsep pengembangan komunitas atau masyarakat yang fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan keterampilan hidup. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada di sekitar mereka.
“Kampung Ilmu merupakan kawasan pendidikan transdisiplin hybrid formal-informal,” lanjut Imam.
Di Kampung Ilmu, kata Imam, masyarakat bekerjasama untuk mengatasi masalah lokal, menemukan solusi inovatif dan mengembangkan keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan mereka.
Terintegrasi dengan gedung pendidikan formal SMK Negeri Tegalwaru, sejumlah area pendidikan terapan fungsional juga dibangun di penjuru desa. “Ada Rumah Inspirasi, tempat pelatihan budidaya ikan. Ada Kebun Impian, tempat pengolahan sampah organik, budidaya maggot, dan pengolahan air,” urai Imam.
Ada Saung Kembar satu camping ground, tempat berbagai aktivitas pemuda. Vila Kambing Cigadog yang menjadi sentra peternakan kambing perah sebagai tempat rintisan pemberdayaan warga.
Tak ketinggalan, ada Rumah Digital. “Tempat ini akan digunakan sebagai pusat pelatihan teknologi informasi. Dan sedang dibangun Gedung SBI, sebagai gedung pertunjukan sekaligus ruang serba guna,” tutur Imam.
Selain di Purwakarta, Jawa Barat, konsep Kampung Ilmu telah menyebar ke Jawa Tengah, tepatnya di beberapa kecamatan di daerah Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap dengan nama Kampung Ilmu Serayu Network.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
Teten Masduki menegaskan, keberadaan Kampung Ilmu bukan sekadar mengajari sesuatu, seperti berternak, bertani, berkebun dan lainnya. Foto: KemenKopUKM.
Artikel ini sudah terbit di jurnal-ina.com