MenKopUKM: Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor Alternatif

May 9, 2023

JAKARTA, govnews-idn.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mendukung industri furnitur dan home decor di Indonesia terus memperluas akses pasarnya mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut sedang mengalami resesi ekonomi.

“Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa, tetapi juga Timur Tengah misalnya. Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. Ini tak sebentar saja terjadi. Kita harus melihat potensi market baru, jangan hanya fokus di market tradisional itu-itu saja,” kata MenKopUKM pada launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (Iffina),’ di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Menurut Menteri, tidak hanya di dalam pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furnitur di luar negeri, namun bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture/home décor.

Mengutip dari KataData pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai USD3,5 miliar (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143.000 orang tenaga kerja dari 1.114.000 perusahaan. Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus USD5 miliar (Rp73,78 triliun) pada 2024.

“Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” katanya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90% produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51% dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19%.

Untuk itu, salah satu upaya memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran Iffina 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Di mana event internasional itu akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Teten Masduki berharap, Iffina bisa menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar. “Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop, lebih baik datang ke satu tempat produknya,” tegas Teten.

MenKopUKM menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menurut dia, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) juga mendorong terciptanya produk furnitur/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenKopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Bambu pertumbuhannya cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” tukasnya.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40.000 bambu yang ada di NTT, bersama pemerintah, KemenKopUKM terus berupaya mempeluas bambu di daerah. “Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” ujarnya

Selanjutnya, KemenKopUKM menginisiasi program SMExcellence yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk-produk yang bisa bersaing dan diterima pasar global.

Asesoris rumah beserta perlengkapan lain yang ditawarkan.

Teten menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” ucap MenKopUKM.

Pameran Internasional Iffina

Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya kembali akan menggelar Iffina, setelah sebelumnya sempat vakum selama enam tahun. Tahun in merupakan ke-10 kalinya penelenggaraan Iffina sejak pertama kali digelar pada 2008, kali ini Iffina akan didukung oleh tiga kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, KemenKopUKM, Kementerian Perdagangan serta Bank Indonesia (BI).

Dedy menyebut, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak enam tahun terakhir. Selain itu, pasar mebel dunia adalah pasar yang sangat potensial bagi Indonesia. Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar USD695 miliar (Rp l10.256,8 triliun) dan diprediksi meningkat menjadi USD766 miliar (Rp11.304,6 triliun) pada akhir 2023.

“Tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel nasional saat ini baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar USD2,8 miliar (Rp41,32 triliun) tahun 2022 yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke-4 di regional Asia, masih di bawah China, Vietnam dan Malaysia,” urai Dedy.

Menurut dia, angka tersebut masih cukup kecil, padahal industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat. Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam Indonesia yang melimpah.

“Kita punya hutan produksi seluas 68 juta hektar, kita produsen 85% rotan dunia dan kita nomor tiga produsen bambu terbesar dunia setelah China dan India. Industri mebel juga menjadi penyerap tenaga kerja yang besar karena termasuk dalam industri padat karya yang menyerap 500.000 tenaga kerja langsung per tahun 2021,” ungkapnya.

Selain itu, industri mebel juga menciptakan multiplier effect yang luas bagi industri lainnya dan berkontribusi menggerakkan sektor industri lainnya melalui produk-produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

“Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, sudah saatnya bagi Indonesia mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri,” lanjut Dedy.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menambahkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4% ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3% dengan nilai ekspor sebesar USD2,47 miliar pada 2022, atau turun 2% dari ekspor tahun 2021. Diprediksi, tren ini masih akan terjadi tahun ini dan tumbuh pada 2024.

“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38% berada di level ekspansi. Artinya, industri furnitur perlahan masuk kategori ekspansi dan mulai bangkit lagi. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku industri Tanah Air, agar terus lebih baik dan berdaya saing,” tutur Putu.

Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.

Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital.

Mulia Ginting – Erwin Tambunan

MenKopUKM Teten Masduki menyerahkan cenderamata kepada penyelenggara. Foto: KemenKopUKM.

Artikel ini sudah terbit di jurnal-ina.com 

RELATED POSTS