Catatan Webinar: “Korean Drama, Why Is It Inspiring?”

May 16, 2024
up202

JAKARTA, govnews-idn.com – Seni budaya Korea Selatan (Korsel) yang kini populer di seluruh dunia serta berdampak langsung sangat baik bagi industri pariwisata negeri tersebut yang menyumbangkan devisa besar bagi negaranya.

Demikian disampaikan Prof. Didik J. Rachbini dalam Webinar “Korean Drama: Why Is It Inspiring?” yang diselenggarakan secara daring oleh The Lead Institute – Universitas Paramadina, Rabu (15/5/2024) dan dipandu moderator Maya Fransiska.

“Hal ini yang patut menjadi contoh dan semestinya dipelajari oleh pemerintah, pemangku kepentingan, para pelaku industri kreatif dan pekerja seni Indonesia dalam upayanya mengembangkan industri kreatif di bidang seni budaya dan pariwisata,” tegas Rektor Universitas Paramadina ini.

Dr. Phil. Suratno Muchoeri pada pengantarnya menyatakan bahwa di Indonesia, drama Korea (drakor) bisa dikatakan sangat populer, bahkan lebih populer dibanding film dan drama TV Indonesia sendiri.

“Pada triwulan I tahun 2020, hasil survey yang dilakukan kepada sekitar 2.000 responden di beberapa negara dunia, masyarakat Indonesia ada di urutan pertama (31%) yang paling sering nonton film dan drama TV Korea dengan rata-rata durasi menonton 1,5 hingga 3 jam per hari melalui berbagai platform, baik berbayar maupun tidak,” papar Suratno.

Dia memaparkan bahwa Hallyu atau Korean Wave merupakan salah satu budaya populer yang dikembangkan melalui industri seni budaya sebagai salah satu penopang perekonomian masyarakat Korsel.

Naziatul Azwa, MA peminat drakor berkebangsaan Malaysia dan tinggal di Korea menyatakan bahwa apa yang ditampilkan di drakor hanya menampilkan sebagian wajah masyarakat Korea, karena pada dasarnya realitas hidup di Korea Selatan yang sekuler itu bisa dibilang sangat kompetitif.

“Berpandangan Materialistis”

“Hampir rata-rata orang Korsel berpandangan materialistis dan kerap menilai apapun dari perspektif materi dan tampilan luar. Angka bunuh diri masyarakat Korea terbilang cukup tinggi bisa jadi disebabkan oleh faktor ini, ditambah lagi pandangan hidup mereka yang sekuler. Berbeda dari Indonesia dan Malaysia yang merupakan masyarakat agama/spiritual,” ungkap Azqa.

Narasumber lainnya, Ria Oktorina, M.Sc. mengatakan bahwa drakor merupakan salah satu sarana hiburan yang terjangkau oleh berbagai kalangan, khususnya bagi perempuan dewasa dan kaum ibu, “Kehadiran drama ini merupakan salah satu wadah ‘healing’ efektif. Hal ini karena banyak drama Korea yang menampilkan kisah-kisah yang dekat dengan realita kehidupan sehari-hari ataupun kisah-kisah fantasi yang ringan dan menghibur.”

Dari perspektif proses produksinya, di samping keunggulannya menampilkan aktor dan aktris yang menarik good looking, film-film dan drakor seri Korsel dibuat melalui riset dan persiapan yang matang didukung oleh kolaborasi proses produksi yang profesional.

“Hallyu atau Korean Wave ini pada kenyataannya memang sangat mempengaruhi gaya hidup orang Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya produk kuliner, fashion, skincare Korea di Indonesia. Bahkan banyak pula produk-produk lokal Indonesia yang membuat varian khusus Korea pada produk-produknya guna meningkatkan omset penjualannya,” pungkas Ria.

UP – Endot Brilliantono

“Hampir rata-rata orang Korsel berpandangan materialistis dan kerap menilai apapun dari perspektif materi dan tampilan luar,” ujar Naziatul Azwa (kiri tengah). Foto: UP.

Artikel ini sudah terbit di jurnal-ina.com

RELATED POSTS