BUMIAYU, govnews-idn.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenKopUKM) Arif Rahman Hakim minta jajaran pemerintah desa bersama masyarakat mengembangkan potensi produk unggulan wilayah, termasuk desa wisata dan wisata alam.
“Saya meyakini setiap desa memiliki potensi yang bisa dikembangkan,” kata SesKemenKopUKM Arif saat berdiskusi dengan masyarakat Desa Wanatirta di sela-sela Forum Komunikasi Publik Sosalisasi Kluster Ekonomi Pedesaan di Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (26/11/2022).
Masyarakat desa harus mampu mengorganisir potensi wilayah agar bisa dikembangkan menjadi satu produk unggulan daerah. “Jangan sekadar memproduksi bahan mentah atau bahan baku saja. Tapi, harus yang sudah memiliki nilai tambah,” ujar SesKemenKopUKM.
Arif mencontohkan satu desa yang ada di Cirebon, hanya dengan mengembangkan 3 produk saja, mampu menembus pasar hingga ke mancanegara. Pertama, petani ketan yang mampu mengolah hasilnya menjadi tapai ketan. “Dengan kemasan yang baik, bisa menjadi oleh-oleh khas Cirebon. Omzet desa tersebut mencapai Rp6 miliar dari tapai ketan,” ulas Arif.
Kedua, para ibu di desa itu membuat anyaman yang biasa digunakan sebagai tempat parsel. Bahkan, produk anyaman yang dihasilkan sudah menembus pasar Eropa, seperti Belanda.
“Ketiga, ternak jangkrik yang juga berpotensi untuk menghasilkan pendapatan. Jangkrik itu menu makanan utama yang dikonsumsi burung-burung berharga mahal,” ucap Arif.
Dia juga mengajak masyarakat Desa Wanatirta untuk mengembangkan desa wisata. Di sektor itu, berkembang aneka bisnis pendukung seperti homestay, kuliner, oleh-oleh, kerajinan dan sebagainya. “Potensi alam sangat bagus ini harus dijaga dan dirawat, jangan dirusak,” tegas SesKemenKopUKM.
Menurut Arif, desa wisata ini merupakan sektor yang sangat prospektif untuk mendatangkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengeksploitasi alam secara berlebihan. “Kami harap sektor ini menyumbangkan kontribusi besar bagi perekonomian masyarakat sekitar,” Arif mengemukakan.
Disebutkan, ada program Perhutanan Sosial yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Bisa untuk ditanami berbagai macam tanaman yang menjadi produk unggulan desa. “Petani bisa memanfaatkan lahan tersebut. Akan tetapi, jangan sendiri-sendiri, melainkan bergabung ke wadah bernama koperasi.”
Arif mendorong masyarakat Bumiayu mesti bisa memaksimalkan lahan-lahan tidur atau perhutanan sosial agar lahan-lahan yang dibagikan pada masyarakat bisa berkembang menjadi skala usaha dan produktif.
SesKemenKopUKM bersama-sama menanam pohon
Untuk itu, KemenKopUKM akan menggandeng sejumlah startup sektor pertanian dan perikanan bekerjasama dan melakukan pendampingan pemanfaatan lahan perhutanan sosial. “Karena saya yakin, dengan adanya program perhutanan sosial, bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di daerah,” lanjut Arif.
Menurut dia, mengembangkan destinasi wisata di Indonesia sekaligus menggerakkan perekonomian masyarakat dari aktivitas pariwisata yang ramah lingkungan, harus menjadi prioritas seluruh pihak untuk dilaksanakan.
Hanya saja, PR besar ini tidak dapat dilakukan sendiri, butuh kolaborasi multipihak, “Kita harus terus memperkuat semangat kolaborasi dalam mengarusutamakan peran UMKM perekonomian nasional,” papar SesKemenKopUKM.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah M Iskhak sepakat dengan SesKemenKopUKM untuk mengajak masyarakat desa menjaga kelestarian alam yang dimiliki. “Karena, kerusakan hutan akan menimbulkan erosi dan tanah longsor,” ucapnya.
Tercantik di Dunia
Ketua Koperasi Jasa Centra Wisata Alam Nusantara (Kopisetara) Eko Binarso menyebutkan Indonesia telah terpilih menjadi negeri tercantik di dunia. “Kita memiliki keindahan alam, seperti danau, laut, gunung, berikut SDM-nya,” tutur Eko.
Dia pun mengajak masyarakat desa agar mampu mengolah dan mengelola kecantikan itu menjadi peluang yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
“Daya tarik pariwisata itu adanya di pedesaan dan banyak dimanfaatkan dijalankan para pelaku usaha mikro dan kecil,” tukas Eko.
Karena banyak anak muda yang terjun ke dunia pemandu wisata alam, 30 tahun lalu, Eko bersama 30 orang rekannya sesama pemandu wisata alam, mendirikan Koperasi Kopisetara. “Karena, rata-rata, mereka dulu itu tidak tahu modal, tidak paham manajemen usaha dan lainnya. Kita bikin koperasi untuk mengembangkan semua potensi yang ada,” ungkap Eko.
Koperasi Kopisetara ini menjadi wadah anak muda pemandu wisata alam untuk mengembangkan usahanya. “Jadi, dengan mengembangkan wisata alam, bisa menjadi salah satu pendapatan bagi sebuah desa,” pinta Eko.
Belum lagi sektor pendukung lainnya pada pengembangan desa wisata. Sebut saja, kopi. “Orang Eropa bilang, kopi Indonesia itu rasanya unik. Ini potensi dan peluang yang bisa sama-sama kita kembangkan untuk membangun desa wisata, atau wisata alam,” aku Eko.
MULIA GINTING – ERWIN TAMBUNAN
“Tapi, harus yang sudah memiliki nilai tambah,” ujar SesKemenKopUKM. Foto: KemenKopUKM